Banyumas
telah lama dikenal sebagai daerah potensial penghasil batik tulis tradisional
di Indonesia disamping Yogyakarta, Surakarta dan Pekalongan. Batik Banyumas
memiliki warna khas yaitu hitam dan keemasan. Warna keemasan ini diambil dari
nama banyu mas yang berarti air emas.
Beda
dengan batik dari Yogyakarta yang latarnya putih. Di Banyumas latarannya akan
menjadi lebih kuning karena penggunaan air dari Sungai Serayu yang membuat kain
mori yang digunakan lama-kelamaan berwarna kuning. Inilah yang membuat khas
dari batik Banyumas.
Lain
daerah, lain motif, lain pula maknanya. Batik Banyumas memiliki ada motif
Sidolungguh dan Sidoluhur yang merupakan motif sarimbit yang dikenakan sepasang
pengantin. Ada motif yang bermakna kesuburan dan ada pula Ayam Pugar yang
melambangkan kepahlawanan.
Ada motif
khusus yang berasal dari Banyumas yaitu perpaduan antara Solo dan Yogya. Yaitu
Parang Gondo Suli yang memiliki arti bunga kecil yang harum baunya. Dan Madu Bronto
atau kasih sayang yang semanis madu.
Pengrajin
batik Banyumasan membutuhkan sekitar 4 hingga 5 bulan untuk membuat selembar
kain batik tulis. Seperti yang dituturkan pengrajin batik banyumas di Batik
Mruyung, indahnya corak batik dan saratnya sejarah menjadikan batik Banyumas
penuh pesona. Batik Banyumas menjadi sesuatu yang menarik untuk terus
dilestarikan, sebagai warisan kain-kain tradisional kebanggaan tanah air.
Keluarga
kami merupakan salah satu dari sekian banyak keluarga yang menjadikan kain
batik menjadi seragam resmi kami dalam berbagai kesempatan. Terutama batik
Banyumasan karena kami asli Banyumasan. Ora
kepenak nek ora ngapak. Dan yang paling sering adalah untuk menyambut
Lebaran.
Tidak
ada pakem khusus yang mewajibkan setiap Lebaran harus ada baju baru. Kami pun tidak
setiap Lebaran memakai baju baru. Hanya seperti mulai membudidayakan memakai
batik selain setiap hari Jumat tapi juga setiap Lebaran.
Jika
selalu membeli baju baru untuk Lebaran makan yang terjadi adalah:
Kancane : “Kamu sudah tuku klambi bada belum?”
Nyong : “Belum, itu tokonya kebek sekali.”
Kancane : “Bokonge bakule saja gak katon.”
Tujuannya,
jangan tanya, ya buat eksis dong ^^.. Tujuan formalnya untuk mengeksiskan batik
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Kain
batik memang menjadi pilihan banyak keluarga sebagai seragam spesial untuk
acara-acara tertentu. Busana menghadiri perkawinan, silaturahmi dan lain-lain.
Masyarakat
dapat memilih kain batik tulis atau batik cap. Motifnya juga beragam.
Tergantung selera dan kebutuhan. Diakuinya batik oleh dunia menjadikan
kedudukan batik masuk dalam keluarga kain tradisonal Indonesia mumpuni.
Memakai
kain batik dalam busana juga tetap ada aturan tidak tertulis layaknya jenis
kain lain. Kain batik yang bisa dibilang ‘rame’ oleh motifnya, tidak
membutuhkan banyak aksesoris pendukung. Agar tampak serasi, tips dari ibu saya
bisa diterapkan:
1. Untuk yang berkerudung, kenakan
kerudung dengan warna senada. Bisa memilih dari salah satu gradasi warna dalam
kain batik. Sebisa mungkin kerudung yang dipilih polos atau minim motif.
2.
Pemakaian kerudung juga sebisa
mungkin dengan model yang simple, denan tidak menggunakan terlalu banyak bros.
Disini kita terapkan, jika bajunya sudah ramai maka bagian lainnya pilih yang
simple. Sehingga penampilan lebih chic.
3.
Kenakan aksesoris dengan tema yang
sama.
4.
Pertimbangkan agar aksesoris tidak
terkesan berlebih. Karena justru membuat gaya terkesan berat.
Selesai
acara, tidak serta merta kain batik langsung dicuci. Apalagi untuk batik tulis.
Tidak hanya ibu saya si yang menganjurkan, karena banyak sumber juga yang
menganjurkan tips perawatan kain batik berikut.
1.
Hindari kotoran menempel pada kain
batik. Keringat yang berlebih, kotor kena tanah, ketumpahan minyak makanan. Atau
yang kotor ketumpahan cat. Saya menyarankan untuk joging memakai baju batik.
2.
Jika dalam suatu keadaan kain
batik terpaksa terkena kotoran yang bandel, maka hal pertama yang dilakukan
adalah JANGAN PANIK. Tarik nafas dan
berusaha tetap tenang.
3.
Bersihkan kotoran yang menempel
pada kain batik. Ingat. Hanya pada bagian yang terkena kotoran. Jangan disikat
dengan sikat cucian. Ambil SIKAT GIGI
BEKAS, sikat perlahan dengan air dan SHAMPO.
Kemudian keringkan.
4.
Jika merasa ingin mencuci kain
batik maka yang dilakukan adalah tidak merendamnya dalam DETERJEN. Jangan sekali-kali melakukan hal tersebut. Karena warna
kain batik tidak akan tahan lama jika sering direndam dengan deterjen. Tidak
cuma batik tulis tapi juga untuk batik cap.
5.
Ambil lerak. Jika perlu sediakan
lerak di rumah. Rendaman lerak yang biasa digunakan orang jaman dulu untuk
mencuci kain tidakakan melunturkan warna asli kain batik. Jika lerak habis atau
tidak ada yang jual lerak maka anda bisa gunakan shampo. Kenapa shampo? Karena
shampo lebih ringan daripada deterjen. Makanya untuk keramas pakailah shampo
bukan deterjen.
6.
Ketika mencuci juga jangan disikat
dengan keras. Apalagi dengan sikat cucian. Cukup dikucek dalam rendaman.
7.
Proses pengeringan juga jangan
diletakkan pada tempat yang kena sinar matahari langsung. Cukup
diangin-anginkan. Istilahnya bisa njepluk
jika diletakkan di tempat yang kena sinar matahari langsung.
8.
Setelah kering, jangan menyetrika
dengan dalam suhu paling panas. Panas secukupnya untuk melicinkan kain
tersebut.
9.
Penyimpanan dengan menggunakan rempah
cengkih dan pala untuk menghindari serangga. Sebaiknya hindari kamper karena
akan merusak kualitas kain.
Tips
tersebut yang ibu saya lakukan. Dan banyak unsur kesubjektifan disini. Silahkan
jika ingin mencoba.
Minal
aidzin wal faidzin. Ngapurane ya ^^
Note:
Banyu mas : air emas
Ora kepenak nek ora ngapak : tidak nyaman jika tidak bicara ngapak
(dialek khas Banyumas)
tuku klambi bada : beli baju Lebaran
Nyong : saya
kebek : penuh
Kancane : teman
Bokonge bakule saja gak katon :
pantatnya tidak kelihatan
njepluk : kusam
ngapurane : maaf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar