Hei Hoo, Fellas !!
Berawal
dari ketidak sengajaan kami -mba mitha dan saya- bertemu pak cik dari Malaysia di jalan. Dan
entah siapa namanya itu. Maka kami pun mengunjungi kota kelahiran Jenderal
Soedirman.
Purbalingga, Menyukseskan Gerakan Wisata Kota Sendiri
Itinerary
perjalanan itu penting. Karena ini akan memudahkan kita untuk mengetahui
step-step kemana akan melangkah. Bagusnya si dibuat detail, kayak pergi jam
berapa, nyampe di tempat tujuan kapan, disana mau kemana aja, mau makan dimana.
Tapi, kita cuma ada itinerary foto doang. Mau foto dimana, gaya apa, peralatan apa,
terus yang mau diajak foto itu siapa aja. Hahay.. ^^
Masalah kota atau tempat destinasi si terserah
kita mau kemana suka-suka kita juga dong. Masa udah jauh-jauh ke Singapur, tapi
kota tanggane dewek rung tau..
Hari pertama Sabtu (7/ 9). Perjalanan 30 menit
dimulai dari rumah sendiri. Kita ikut start di Jl. Piere Tendean, depan Toko
Roti Purimas Purbalingga. Karena emang dari info yang di dapet lokasi
start dan finish disana.
Oiyah, event kali ini Lomba Custom Cycling (LCC) 2013 Serie II dan Purbalingga Cup. 52 tim 192 pembalap.
motto kali ini |
Tim Semarang |
Tim Pelatnas yang ketemu ga sengaja |
ngiyup |
ini??? semacam polem (poni lempar) |
Sepeda
sudah jadi olahraga kegemaran banyak orang. Kelas 6 SD saya baru bisa naik
sepeda. Awalnya baca artikel tentang sepeda di majalah lawas milik ayah saya.
Salah
satunya, kisah seorang pria Indonesia –lupa siapa namanya- yang membeli
sepeda termahal di dunia saat itu, Colnago C35. Tanpa buang waktu, dia langsung
membelinya, melalui seoraang rekan pemilik toko sepeda di Bandung. Pesanan disampaikan
melalui facsimile dan sepeda datang lewat kargo pesawat udara. Harganya Rp 25
juta. Sepeda itu dibuat untuk memperingati ulang tahun pabrik sepeda Colnago di
Italia. Dan dibuat secara terbatas, hanya 70 buah. Yang dimiliki pria di
majalah itu buatan ke-49.
Colnago C35 |
Desain
Colnago C35 dibuat oleh Ferrari. Kerangka dan rodanya (yang berjeruji lima buah)
terbuat dari serat karbon. Ban dibuat dari Kevlar, bahan yang dipakai untuk
jaket tahan peluru. Komponen lainnya menggunakan merek Compagnolo, yang
terkenal mahal. Istimewanya lagi, beberapa bagian dari komponen itu dilapis
emas 18 karat. Pria di majalah ini mengatakan memiliki enam unit sepeda, tiga
tipe balap, tiga lainnya jenis MTB (mountain bike).
Meski
tidak seperti pria di majalah yang punya sepeda termahal di dunia. Olahraga sepeda
tetap menjadi pilihan saya. Daripada suruh main voli wkwk..
Hari kedua Minggu (8/ 9)
hari kedua sampai sini, udah lagi podium buat race kemarin |
Geregetan di kategori women elite (tolong dikoreksi jika saya salah). Diselap selip sama pembalap dari Malaysia..
Mas Endra Wijaya ^^ |
Thanks Mba Mitha yang lagi buat SKCK di Polres *ngahahaha. Mas Endra, Mas Eko Bayu, Mba Azizah selamat atas keberhasilannya dan selamat bertanding (lagi dan dimana) juga Pak Beng. Serta pemenang lain yang saya ga afal semua namanya. Touchdown next destination.. see you ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar