Pertama ke Cirebon buat kondangan. Yah, lagi libur kuliah ya udah jalan-jalan aja.
Bahan dasar saya untuk 2 hari
satu malam –selain yang dipakai di badan- adalah 1 baju; 2 kerudung; 1 tas dompet yg
isinya sabun muka, bedak bayi, krim muka, lotion, pelembab, sikat gigi; buku catatan; kantong
kresek. Sabun mandi dan handuk biasanya saya memakai yang disediakan
penginapan.
Demi mendapatkan kenyamanan,
saya berangkat menggunakan jasa travel. 75ribu. Sialnya, entah kenapa selama
perjalanan saya malah MABOK.
Baru sampai Bumiayu sudah
hoek-hoek. Sampai kabupaten Tegal sudah tiga kali saya muntah. Errr rasanya
lemes. Sarapan pagi tadi keluar semua.
Duh, berada dalam keadaan lemes
habis mabok sungguh tidak berperikemanusiaan bagi saya.
Intinya selama perjalanan saya habiskan dengan mabok-mabokan. Sampai di Cirebon, sekitar pukul
10.30.
Kesan pertama memasuki kota ini
adalah pisang. Lah kok pisang?
Iya, jadi sepenglihatan saya
dimana-mana jual pisang. Pisang kecil-kecil itu lho. Pisang susu. Kanan kiri
jual pisang. Lewat pasar apalagi, di antara para penjual buah tersembullah
pisang-pisang.
Mau nanya lagi lemes, jadi
pemandangan itu saya kesampingkan. Dinas Pendidikan kota Cirebon terletak
lumayan jauh dari pusat kota. Saya menemukan kantornya sebelum plang ‘Selamat
Datang di Kota Cirebon’
Dan saya baru tahu kalau pelawak
Qomar itu ternyata nyalon menjadi bupati Cirebon. Plang e gede banget cyiin..
Setelah transit di STT Cirebon
saya mencari penginapan. Terseok-seok dengan badan lemas, laper, panas matahari
akhirnya saya sampai di guesthouse
Mutiara.
Finally, kasur.
Guesthouse ini ada di daerah Cideng Raya. Dengan 150ribu untuk dua
hari satu malam, saya mendapatkan kamar dengan bed ukuran dua orang, kamar mandi dalam, AC dan tivi. Hari itu,
selain saya ada tiga tamu lain yang menginap di guesthouse itu. Ketiganya wanita.
Sampai di guesthouse sampe maghrib, saya habiskan dengan tidur dan nonton
tivi. Efek mabok dan kelelahan.
Eh, tak dinyana (sebentar, apa
itu dinyana) bangun tidur, pintu kamar saya diketuk. Saya dibawakan sepaket
McDonald oleh mereka. Hehe Lucky me :)
Malamnya, sekitar jam 8, saya
putuskan untuk jalan-jalan keluar. Rugi dong, udah jauh-jauh Cuma di kamar
doang. Malam minggu sendiri di negeri orang *halah
Paginya, saya dikejutkan dengan kabar
travel keberangkatan jam 2 sore sudah penuh. Pffft bangetlah..
Dalam kebingungan, datanglah
wangsit dari empat kakak angkatan di organisasi kampus yang saya ikuti. Rupanya,
mereka tengah berada di kota ini. Basa basi dikit, saya putuskan ikut
mereka pulang dengan menggunakan kereta api.
Selesai urusan saya, saya
menyusul empat kakak saya tersebut di Masjid At Taqwa dekat alun-alun Cirebon. Masjid
At Taqwa Cirebon punya bentuk yang bagus. Depan masjid, ada kantor koran Kabar
Cirebon anak perusahaan dari koran Pikiran Rakyat. Tapi, panase ora umum.
Cirebon panas banget.
Sisa hari dihabiskan dengan
jalan-jalan dengan mereka. Disewalah dua becak. Satu becak membawa dua orang,
dan satu becak dimuati 3 orang. Karena saya paling kecil, maka saya dipangku
ditengah.
Huahahahaha….
Soalnya, meski saya paling kecil
secara umur. Tapi badan saya lebih besar dibanding mereka..
Pertama, kami makan nasi lengko
di. Disini tersedia nasi lengko, tahu gejrot, sate sapi, sate kambing. Dan di
depan ada yang jual es durian. Ini kali pertama saya makan nasi lengko. Di
Purwokerto si ada, cuma kok saya ngga tertarik. Soalnya bentuknya kaya nasi
pecel.
Nasi lengko disini beda dengan
yang di Purwokerto, disini ngga keliatan kaya pecel banget. Mungkin yang di kota saya
menyesuaikan dengan lidah wong Banyumas kali ya.
Nasi dengan lauk tahu
putih yang digoreng basa-basi, dipotong kecil-kecil dengan taburan
tauge rebus, ketimun, kucai disiram bumbu kacang, kecap manis dan bawang
goreng. Kami nyoba yang di jalan Pagongan. Enak ternyata cobaaaa.. hahaha
Kerupuknya juga. Gurih banget.
Puas berlengko ria, kami
menyetop angkot untuk ke stasiun untuk pesen tiket kereta api. Stasiun kereta
api di Cirebon ada dua. Satu Pajerukan dan satu lagi stasiun Cirebon. Rencananya
kami pulang naik Gaya Baru Malam, tiketnya 55ribu.
Perburuan kuliner belum
berakhir. Cirebon yang panas membuat nasi lengko yang kami makan tadi
menghilang entah kemana. Lapar lagi.
Empal Gentong Pak JT menjadi
panutan. Kami naik angkot lagi kesini. Empal Gentong adalah masakan semacam soto daging sapi.
Kenyang dengan empal dan es
kacang merah, mereka menemani saya ambil barang di guesthouse. Perjalanan pun
dilanjutkan dengan kereta api ke Purwokerto.
Ini cerita weekend saya. Cukup
fun meski berpanas-panas ria disini. :)
Masih
banyak yang belum saya kunjungi dan saya makan disini. Lain kali kalau
ke Cirebon lagi, saya lahap habis semua yang ditawarkan.. :)))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar