Senin, 30 September 2013

Lemah! ke Bumiayu aja Mabok



Pertama ke Cirebon buat kondangan. Yah, lagi libur kuliah ya udah jalan-jalan aja.

Bahan dasar saya untuk 2 hari satu malam –selain yang dipakai di badan- adalah 1 baju;  2 kerudung; 1 tas dompet yg isinya sabun muka, bedak bayi, krim muka, lotion, pelembab, sikat gigi; buku catatan; kantong kresek. Sabun mandi dan handuk biasanya saya memakai yang disediakan penginapan.

Demi mendapatkan kenyamanan, saya berangkat menggunakan jasa travel. 75ribu. Sialnya, entah kenapa selama perjalanan  saya malah MABOK.

Baru sampai Bumiayu sudah hoek-hoek. Sampai kabupaten Tegal sudah tiga kali saya muntah. Errr rasanya lemes. Sarapan pagi tadi keluar semua.

Duh, berada dalam keadaan lemes habis mabok sungguh tidak berperikemanusiaan bagi saya.

Intinya selama perjalanan saya habiskan dengan mabok-mabokan. Sampai di Cirebon, sekitar pukul 10.30.

Kesan pertama memasuki kota ini adalah pisang. Lah kok pisang?

Iya, jadi sepenglihatan saya dimana-mana jual pisang. Pisang kecil-kecil itu lho. Pisang susu. Kanan kiri jual pisang. Lewat pasar apalagi, di antara para penjual buah tersembullah pisang-pisang.

Mau nanya lagi lemes, jadi pemandangan itu saya kesampingkan. Dinas Pendidikan kota Cirebon terletak lumayan jauh dari pusat kota. Saya menemukan kantornya sebelum plang ‘Selamat Datang di Kota Cirebon’

Dan saya baru tahu kalau pelawak Qomar itu ternyata nyalon menjadi bupati Cirebon. Plang e gede banget cyiin..

Setelah transit di STT Cirebon saya mencari penginapan. Terseok-seok dengan badan lemas, laper, panas matahari akhirnya saya sampai di guesthouse Mutiara.

Finally, kasur.

Guesthouse ini ada di daerah Cideng Raya. Dengan 150ribu untuk dua hari satu malam, saya mendapatkan kamar dengan bed ukuran dua orang, kamar mandi dalam, AC dan tivi. Hari itu, selain saya ada tiga tamu lain yang menginap di guesthouse itu. Ketiganya wanita.

Sampai di guesthouse sampe maghrib, saya habiskan dengan tidur dan nonton tivi. Efek mabok dan kelelahan.

Eh, tak dinyana (sebentar, apa itu dinyana) bangun tidur, pintu kamar saya diketuk. Saya dibawakan sepaket McDonald oleh mereka. Hehe Lucky me :) 

Malamnya, sekitar jam 8, saya putuskan untuk jalan-jalan keluar. Rugi dong, udah jauh-jauh Cuma di kamar doang. Malam minggu sendiri di negeri orang *halah

Paginya, saya dikejutkan dengan kabar travel keberangkatan jam 2 sore sudah penuh. Pffft bangetlah..

Dalam kebingungan, datanglah wangsit dari empat kakak angkatan di organisasi kampus yang saya ikuti. Rupanya, mereka tengah berada di kota ini. Basa basi dikit, saya putuskan ikut mereka pulang dengan menggunakan kereta api.

Selesai urusan saya, saya menyusul empat kakak saya tersebut di Masjid At Taqwa dekat alun-alun Cirebon. Masjid At Taqwa Cirebon punya bentuk yang bagus. Depan masjid, ada kantor koran Kabar Cirebon anak perusahaan dari koran Pikiran Rakyat. Tapi, panase ora umum. Cirebon panas banget.

Sisa hari dihabiskan dengan jalan-jalan dengan mereka. Disewalah dua becak. Satu becak membawa dua orang, dan satu becak dimuati 3 orang. Karena saya paling kecil, maka saya dipangku ditengah.

Huahahahaha….

Soalnya, meski saya paling kecil secara umur. Tapi badan saya lebih besar dibanding mereka..

Pertama, kami makan nasi lengko di. Disini tersedia nasi lengko, tahu gejrot, sate sapi, sate kambing. Dan di depan ada yang jual es durian. Ini kali pertama saya makan nasi lengko. Di Purwokerto si ada, cuma kok saya ngga tertarik. Soalnya bentuknya kaya nasi pecel.

Nasi lengko disini beda dengan yang di Purwokerto, disini ngga keliatan kaya pecel banget. Mungkin yang di kota saya menyesuaikan dengan lidah wong Banyumas kali ya.

Nasi dengan lauk tahu putih yang digoreng basa-basi, dipotong kecil-kecil dengan taburan tauge rebus, ketimun, kucai disiram bumbu kacang, kecap manis dan bawang goreng. Kami nyoba yang di jalan Pagongan. Enak ternyata cobaaaa.. hahaha

Kerupuknya juga. Gurih banget. 

Puas berlengko ria, kami menyetop angkot untuk ke stasiun untuk pesen tiket kereta api. Stasiun kereta api di Cirebon ada dua. Satu Pajerukan dan satu lagi stasiun Cirebon. Rencananya kami pulang naik Gaya Baru Malam, tiketnya 55ribu.

Perburuan kuliner belum berakhir. Cirebon yang panas membuat nasi lengko yang kami makan tadi menghilang entah kemana. Lapar lagi.

Empal Gentong Pak JT menjadi panutan. Kami naik angkot lagi kesini. Empal Gentong adalah masakan semacam soto daging sapi.

Kenyang dengan empal dan es kacang merah, mereka menemani saya ambil barang di guesthouse. Perjalanan pun dilanjutkan dengan kereta api ke Purwokerto.

Ini cerita weekend saya. Cukup fun meski berpanas-panas ria disini. :)
Masih banyak yang belum saya kunjungi dan saya makan disini. Lain kali kalau ke Cirebon lagi, saya lahap habis semua yang ditawarkan.. :)))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar