Dia
menuruni tangga
Tubuhnya
yang jangkung berjalan gontai
Seperti
tak acuh
Tak
dihiraukannya wajah sumringah
gadis-gadis yang berjalan berlawanan arah
Tampangnya
lumayan
Tapi tampangnya waktu marah
mengerikan
Tapi
ada sesuatu dalam dirinya yang membuat siapapun pasti akan tertarik padanya
Kalau
sedang menggaruk-garuk,
dia
memang tak beda dengan anak-anak muda gondrong lainnya
Kini
dia duduk di warung kopi samping pintu keluar kampus
Istirahat
sejenak dari panas matahari siang ini
Es
teh dihadapannya belum disentuh
Berkali-kali
aku meliriknya
Yang
dilirik tetap tidak menyadari
Dia
terbenam dalam lamunannya
Akhirnya
kunikmati saja wajahnya dari seberang jalan
Ketajaman
matanya
Betul-betul
bikin aku gugup.
Tapi,
pelototan lelaki itu membuat aku merasa bersalah
Rambut
lelaki itu melambai-lambai
Tubuh
jangkungnya membuat dia duduk dengan punggung melengkung
Aku
hapal kebiasaannya
Biasanya
kalau sudah duduk di warung kopi itu
Ya,
mengawasi pinggul gadis yang bergoyang-goyang lewat di depannya
Tapi,
sepertinya hari ini tidak berselera
Kenapa
ya?
Mungkin
dia baru putus dengan pacarnya?
Atau,
baru saja melihat pacarnya menyeleweng
Atau,
kehilangan duit
Atau,
tak ada duit buat bayar kos
Tak
mungkin, masa masih bisa nongkrong di warung kopi
Atau,
tak lulus ujian
Tampangnya
seperti orang yang mau makan tapi di depannya malah ada tahi kucing
Dia
menarik napas,
berusaha
membenamkan dalam-dalam kejengkelannya yang merayap-rayap
Yah,
Tak peduli
Aku nikmati saja wajahnya mumpung dia
tidak sadar
Dari seberang jalan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar