Waktu terasa berjalan lambat
Di dapur, ibu sedang menyiapkan kue beras untuk perayaan
ulang tahun ayah. Di ladang, ayah
sedang memanen. Di kelas, aku dan teman-teman sedang menunggu Bu Toshie yang
sudah berjanji akan membawakan kami dango buatannya. Di halaman depan sekolah, anak kelas besar sedang bermain lompat
tali dan petak umpet. Ada sekitar 20
anak di dalam kelas dan 24 anak di halaman sekolah. Bu Toshie masuk sambil membawa nampan berisi makanan, beliau
berjalan melewati lorong menuju kelas kami.
Namun. Dia tak pernah sampai menyajikan dango tersebut.
BLAAAM
Sebuah goncangan besar menghempaskannya ke lantai. Suasana berubah gelap gulita. Perabotan beterbangan, kaca-kaca pecah berantakan.
Sedetik kemudian, aku berpikir bahwa kami diserang musuh
seperti yang sering ayah ceritakan. Kami
sedang berperang dengan orang-orang berkulit putih dan berambut seperti bunga
matahari di musim panas.
Ketika kemudian kurasakan udara menjadi sangat panas. Beberapa ruangan terbakar hebat.
Ketika terbangun, sejauh mata memandang hanya terlihat warna
kemerah-merahan. Seperti langit di
musim panas ketika matahari akan terbit atau tenggelam. Hajime keluar dari kobaran api dan berteriak, “Oka-san...oka-san..”
Di halaman, sudah tidak terlihat seorang pun. Tubuh-tubuh terlihat menggelembung. Luka bakar hampir di sekujur tubuh. Mayat-mayat bergeletakan telanjang. Dan sangat rusak sehingga tidak bisa
dikenali apakah laki-laki atau perempuan.
Mereka seperti monster.
Terdengar suara orang. Aku
mencoba berteriak dari balik rak sepatu yang menindih tubuhku. Pak Iwashiro mendengarnya. Beliau dan aku beruntung tidak mengalami
luka berat. Setelah memindahkanku ke
tempat yang lebih aman, dia mencoba menolong beberapa orang. Suara mereka yang sekarat tidak bisa
didengar dengan jelas. Ia hendak
menyediakan air ketika seseorang berteriak, “Jangan berikan air! Air sudah
bercampur dengan gas beracun. Jika kau memberi air, mereka akan mati dengan cepat. Jangan memberi mereka apapun!”
Orang itu bercerita bahwa di kota ini telah
dijatuhkan sebuah bom yang menghasilkan gas beracun dan gelombang udara maha panas. Tak ada yang bisa diselamatkan. Termasuk air yang sudah bercampur gas
beracun tersebut. Pak
Iwashiro terkaget. Sampai
akhir hayat, penyesalan tidak bisa menolong dan memberi air pada orang tersebut
selalu menghantuinya.
Galih P3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar