Rabu, 02 Mei 2012

SURAT BUAT HARI INI


SURAT BUAT HARI INI
Pagi ini kutulis surat untukmu. Agar setiap kenangan terawetkan dalam tulisan. Dimulai dari hati, dimulai dari rasa suka, dimulai dari menulis. Tadinya kupikir apalah yang layak diceritakan dari pribadi yang murung dan didiami oleh cerita-cerita yang hampir semua orang tahu, seperti aku ini. Mumpung masih ada waktu, aku berharap masih sempat menceritakan semua ini kepadamu.
Buat Kawanku, jika kau membaca tulisan ini, aku tak tahu apa yang kau pikirkan tentangku. Aku ingin menceritakan kisahku, saat hari masih pagi dan langit masih biru.
Kawanku, ini kisahku ketika pagi-pagi yang lalu aku berjumpa dengan Angin. Kala itu aku tersindir. Oleh desir Angin yang mengisyaratkan kengerian.
Kukatakan, “Diamlah kau, Angin! Jangan kau salahkan kami. Kau kemanakan daftar orang-orang hilang? Yang sampai aku serenta ini, tidak ada kabar yang jelas.”
Sindiran itu masih mengabut dalam kalbuku. Mengaburkan pandanganku. Akankah semua ini akan berakhir? Tak mungkin aku memandang sebelah mata.
Kukatakan pada Angin, “Tunggulah saatnya. Akan ada saatnya ketika kami telah sembuh.”
Sang Angin tersenyum sinis. Dianggapnya aku membual. Ia berlalu sambil berkata, “Semoga Tuhan memberimu keberuntungan.”
Kawanku, mungkin nanti, saat itu perlawanan kita pada Angin membuahkan hasil yang manis. Saat itu aku masih ingin ceritakan tentang hariku.
Jangan sampai kita telah tergadaikan oleh Angin tanpa kita sadari. Hari ini kita menumpuk, sudah sangat menumpuk. Kuingin tahu kabar itu darimu, saat ku sudah tak bisa lagi menceritakan hariku. Sudahkan tumpukan itu berkurang atau bertambah? Jika ya, berapa?
Aku takut Kawan, kau dan aku bisa diseretnya juga. Aku ini bukan orang suci atau ulama. Hari ini kita makin susah. Aku tak ingin Angin mengabarkan, bahwa dia telah menyeretmu bersamanya. Bahwa aku kehilangan kau, Kawan.




Galih P3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar